Syifa menjelaskan syarat utama yang harus dimiliki untuk mengejar beasiswa ke luar negeri, ke Eropa misalnya yaitu punya kemampuan bahasa asing, utamanya Inggris. Karena itu persiapan yang harus dilakukan jauh-jauh hari yaitu belajar bahasa Inggris, bisa di komunitas atau bisa juga dengan kursus.
Yang pertama, karena status saya sebagai ASN, pendidikan di luar negeri hanya dapat saya lakukan melalui jalur beasiswa. Seorang ASN tidak mungkin bisa kuliah di luar negeri tanpa jalur beasiswa kecuali mendapat izin belajar dari atasan. Pun jika melalui izin belajar, tidak boleh meninggalkan tugas yang artinya saya harus berada di kota tempat saya mengajar. Jadi, jalur beasiswa adalah satu-satunya jalan untuk menempuh study di luar negeri. Yang kedua, saya merasa hidup ini hanya sebentar dan karenanya saya perlu meninggalkan legacy untuk keturunan saya. Saya perlu menjadi orang yang memiliki karakter yang dapat menjadi warisan dan panutan bagi anak dan cucu saya nanti. Oleh karena itu, berapapun kegagalan yang harus saya lalui, saya tidak pernah menyerah untuk mencapai cita-cita saya untuk menempuh pendidikan setinggi-tingginya.
Ini Dia Kunci Sukses Tembus Beasiswa Luar Negeri
Ini agak unik. Suatu waktu, saya pernah mengikuti sebuah expo pendidikan luar negeri di Pontianak. Kebetulan pada saat itu, saya memang mengincar TESOL. Konselor di expo mengarahkan saya untuk berkonsultasi dengan perwakilan Wollongong University secara langsung. Saya diberikan buklet yang sampai saat ini masih saya simpan. Buklet tersebut saya bawa pulang, saya tandai Master of Education TESOL. Saya menargetkan TESOL karena memang jurusan itu selaras dengan pendidikan S1 saya yaitu bahasa Inggris. Buklet tersebut sampai usang karena sering saya lipat dan selalu saya bawa-bawa bahkan saat kerja sambilan sebagai tukang parkir maupun kerja yang lain-lain. Pada saat itu, saya bilang ke teman-teman, saya akan kuliah di situ. Pada akhirnya, cita-cita tersebut benar-benar terwujud.
Tidak ada kunci sukses yang spesifik. Hanya saja, saya dalam berbuat sesuatu tidak memikirkannya sebagai prestasi, yang saya fokuskan adalah dampaknya. Dengan adanya dampak itu, saya merasa ada kepuasan batin tersendiri. Saya juga berpandangan bahwa yang bisa peduli dengan pendidikan kalau bukan guru siapa lagi? Tidak mungkin ada pihak lain yang benar-benar bisa peduli secara pure untuk mendorong dunia pendidikan berubah kecuali guru.
Seluruhnya ialah perihal yang perlu dilewati seseorang ketika mendaftar beasiswa luar negeri meskipun tanpa ada garansi untuk lulus. Nah, kalau tidak lulus ya sudah, dapat mendaftar program beasiswa luar negeri yang lainnya atau daftar kembali di lain hari. Paling tidak kita memperoleh pengalaman berharga.
Terlebih, saking kerasnya kompetisi yang harus ditempuh seseorang untuk mendapatkan beasiswa luar negeri, tak sedikit pemburu beasiswa (scholarship hunter) yang pada akhirnya mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan perjuangan setelah beberapa kali tidak berhasil.
Memang tidak mudah meraih beasiswa ke luar negeri, tapi juga bukan berarti itu mustahil. Untuk kamu yang sekarang ini sedang mengupayakan untuk meraih beasiswa, jangan pernah putus asa ya dan teruslah berusaha hingga impianmu bisa diraih.
Supaya memotivasi kamu, berikut kami sajikan 3 cerita inspiratif yang dilansir dari berbagai sumber tentang pengalaman seseorang yang sukses menggapai beasiswa kuliah di luar negeri terlepas dari beragam persoalan yang mereka hadapi.
Berkat dorongan yang diberikan ibunya, Aula mengikuti lagi seleksi beasiswa ke luar negeri. Selanjutnya, ia mengikuti program beasiswa USAID prestasi ke Amerika Serikat. Akhirnya, Aula pun lolos beasiswa tersebut dan diterima di Universitas Lehigh, Pennsylvania, di prodi Instructional Technology. Selamat ya, Aula!
Sosok inspiratif berikutnya yaitu Robinson Sinurat ataupun biasa dipanggil Obin. Obin adalah anak petani di Tanjung Beringin, Sumatera Utara, yang sukses sebagai salah satu peraih beasiswa LPDP dari Pemerintah Indonesia buat meneruskan studi S2 di Universitas Columbia, Amerika Serikat.
Mirip dengan kisah sebelumnya, perjalanan Obin untuk mendapatkan beasiswa ke luar negeri tidak selalu mulus. Sejak kecil, Obin telah hidup jauh tanpa kedua orang tuanya yang merupakan petani kopi dan sayur demi mendapatkan pendidikan yang lebih baik.
Diluar dari semua kesulitan tersebut, dia berhasil menyelesaikan studi sarjananya di Universitas Sriwijaya dengan tepat waktu berkat beasiswa PPA (Peningkatan Prestasi Akademik) dan BBM (Bantuan Belajar Mahasiswa) yang ia raih sejak semester dua.
Tak berhenti disitu, Obin melanjutkan impiannya untuk mendaftar beasiswa untuk lanjut studi S2. Diantara program beasiswa yang ia pilih adalah beasiswa LPDP yang mana dia sukses jadi kandidat penerima beasiswa bergengsi tersebut dan diterima di banyak universitas di Amerika Serikat, Australia, Belanda, dan Inggris.
Tak begitu beda dengan dua kisah di atas, perjuangan Suci Ariyanti sampai sukses mendapatkan beasiswa S2 dari Swedish Institute Study Scholarship (SISS) tidaklah mudah. Malahan, ia harus jatuh bangun berkali-kali hingga mimpinya untuk dapat kuliah di luar negeri ini dapat tercapai.
Setelah lulus SMA, Suci melamar ke beberapa program beasiswa di luar negeri dan berhasil tembus di salah satu program beasiswa S1 di Singapura. Sayangnya, Suci tidak jadi mengambil beasiswa itu karena hanya mengcover biaya kuliah saja, sementara biaya hidup di Singapura tidak dicover.
Dengan berat hati, Suci pun terpaksa untuk membatalkan rencananya pada program beasiswa tersebut dan membuat keputusan untuk melanjutkan kuliah di dalam negeri, tepatnya di Institut Pertanian Bogor (IPB).
Di IPB, Suci berhasil diterima di dua program beasiswa ke luar negeri. Pertama, beasiswa pertukaran pelajar di Jepang kurang lebih 10 hari yang merupakan salah satu program dari IPB. Lalu yang kedua, ikut program beasiswa summer scholarship selama 2 bulan di Ankara University, Turki.
Tapi, Ia kembali mengurungkan rencananya tersebut setelah tahu bahwa hampir seluruh program beasiswa S2 di luar negeri saat itu mensyaratkan pelamarnya untuk mempunyai pengalaman kerja minimal 3 tahun. Sementara posisi Suci saat itu baru saja lulus S1 dengan nilai IPK yang biasa saja.
agar ia dapat memenuhi persyaratan tersebut, Suci Kembali mengurungkan niatnya untuk mengambil studi di luar negeri dan memilih untuk berkarir terlebih dulu. Uang yang diperoleh Suci selama bekerja digunakannya untuk daftar kursus IELTS Online dimana sertikat IELTS ini selalu menjadi salah satu persyaratan dokumen yang harus dipenuhi oleh para pelamar ketika hendak apply beasiswa luar negeri.
hasil upaya kerasnya tersebut, Suci pun diterima pada program beasiswa S2 dari Swedish Institute Study Scholarship (SISS). Berkat beasiswa ini, Dia akhirnya resmi meneruskan studi S2-nya di Halmstad University, Swedia dengan memutuskan untuk masuk jurusan Strategic Entrepreneurship. Prodi ini diambil olehnya karena memiliki cita-cita untuk membangun bisnis mandiri dan menjadi seorang wiraswasta sukses.
Jadi, itulah berbagai kisah inspiratif dari siswa dalam negeri yang telah berhasil meraih beasiswa luar negeri diluar dari sulitnya keadaan serta hambatan yang ditemui. (Harapannya dengan membaca kisah tersebut, kamu dapat makin semangat untuk belajar supaya mampu juga merealisasikan harapan untuk kuliah di luar negeri melalui beasiswa. Ayo semangat, kamu pasti bisa !
"Kami tetap konsisten akan memberikan beasiswa bagi putra/putri terbaik Tanah Air! Karena pendidikan, pelatihan kerja dan vokasi bagi anak muda adalah kunci sukses mendapatkan lapangan kerja yang berkualitas, solusi kebangkitan ekonomi dan menentukan kemajuan masa depan bangsa!," ujar Sandiaga Uno.
Mungkin ini benar bagi mereka yang mudah putus asa dan tidak memiliki mimpi besar untuk belajar di luar negeri yang katanya serba ada. Akan tetapi, ini cuma mitos bagi mereka yang sudah kuliah di luar negeri dengan beasiswa dan bagi mereka yang mempunyai mimpi besar untuk menyusul belajar di luar negeri sana.
Sebenarnya, kebanyakan mahasiswa-mahasiwa S2 yang belajar di luar negeri sana adalah mahasiswa yang biasa-biasa saja dan tidak terlalu pintar-pintar amat selama S1-nya. Lantas.., bagaimana mereka bisa mendapatkan beasiswa? Sangat gampang untuk mendapatkannya asal tahu trik dan persiapannya.
2. Pengalaman organisasiAktiflah mengikuti organisasi-organisasi didalam dan diluar kampus. Contoh organisasi didalam kampus yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan Himpunan Mahasiswaan (HIMA), sedangkan di luar kampus yaitu Karang Taruna, Perhimpunan Akuntan Indonesia, dan sebagainya. Hal ini karena pada saat mengisi formulir administrasi, pelamar beasiswa harus mengisi kolom yang meminta pelamar menjelaskan pengalaman organisasi yang telah dan sedang diikuti. Ini dikarenakan sponsor beasiswa ingin melihat seberapa matang emosional para pelamar beasiswa. Selain dapat menguatkan profil kamu sebagai pelamar beasiswa, organisasi juga dapat mengasah dirimu agar lebih bertanggung jawab dan mudah bersosialisasi. Usahakan mengikuti organisasi yang berhubungan dengan tujuan masa depanmu atau S2-mu nantinya.
4. IELTS/ TOEFLSertifikat bahasa asing sudahlah pasti diperlukan dan wajib bagi kamu yang ingin kuliah di luar negeri, apalagi dengan beasiswa. Selain dikarenakan bahasa inggris merupakan bahasa internasional, bahasa pengantar dalam pembelajaran di kelas pastinya menggunakan bahasa inggris. Tidak hanya di negara-negara benua Amerika, Eropa, Australia dan Afrika saja, banyak universitas-universitas di Asia yang menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa pengantarnya. Jadi, persiapkan TOEFL/IELTS kamu sedini mungkin karena, untuk mendapatkan skor yang tinggi, dibutuhkan latihan dan kerja keras yang tinggi pula. Untuk S2, biasanya meminta skor minimal TOEFL iBT 80 dan IELTS 6.0. 2ff7e9595c
Comments